Wednesday, 2 July 2014

Selamat Ulang Tahun dari Kami, Akhtian Ferdhani



There are places I remember,
All my life, though some have changed,
Some forever not for better,
Some have gone and some remain,
All these places had their moments,
With lovers and friends,
I still can recall.
But of all these friends and lovers,
There is no one compares with you,
I know I’ll often stop and think about them,
In my life, I love you all.

The Beatles – few edited. 

Siapa saja yang telah bertemu dengan perjumpaan, dimana saja perjumpaan tersebut dan lanjutan cerita setelah perjumpaan akan berkarat di otak. Karat tersebut akan mengerak sempurna jika iklim mulai melembab. Terkadang ketika menarik pasangan mata, karat perlu digosok biar terlihat kilauannya. Namun ketika kamu merasa sendiri, dan oksigen banyak dihembuskan, melembabkan kesudut otakmu, maka kembali terjadi reaksi oksidasi. Karat, kenangan, bukan keburukan, melainkan apapun itu. Dengan kawan yang dulu selalu berdampingan. Hanya karena dimensi yang berbeda, bukan halangan saling melepaskan ikatan bahu.

Akhtian Ferdhani, 23 tahun. Seorang yang cukup umur dipanggil pria. Seorang yang sangat mencintai ibunya dan seluruh keluarga besarnya. Seorang sahabat kami yang tercatat sebagai adik tingkat kami, Hai, dek!. Sayangnya, berkat kecerdasannya pendidikan sarjananya cukup dilalui kurang dari 3,5 tahun. 

Akhtian Ferdhani, kenal pertama kali saat masuk SMAN 1 Jepara, Seorang yang dulu cukup famous on high school life, dude, you was so lucky!. Seorang penjuru depan dan backup pengibar bendera Paskibra Smansara. Seorang yang mengerikan ketika dia emosi. Seorang yang punya banyak mantan waktu SMA (?).

Akhtian Ferdhani, seorang yang cocok sebagai pemimpin kita. Seorang yang melakukan apapun dengan proses dan hasil yang baik. Seorang businessman yang sibuk tapi kalau nggak sibuk kerjaannya nonton film sendiri. Seorang dengan tidur tercepat diantara kita bahkan itu dibioskop. Seorang yang hobi nge-troll.

Jadi, cukup review saya tentang anda. Mungkin yang lain akan melengkapi. Saya dan yang lain sangat beruntung bertemu dan bersaudaraan denganmu. Kita harap pertemuan yang telah diatur oleh Allah SWT akan terus tertulis sampai akhir hayat kita. Saya selalu berdoa yang terbaik  buatmu dan yang lain. Kesuksesan akan selalu menyertai kita. Jodoh dan rejeki sudah ada yang mengatur, tinggal kamu yang giat ya buat menjemputnya. Keep tight and stay praying ya bro. Happy birthday!.
                                                                                                                                                                Rian Rahmawan


Hey brader! Selamat menempuh perjalanan baru diumur yang semakin bertambah. Bingung juga menyampaikan kata-kata indah buat seorang lelaki. Hahaha, but it’s better than ngedit-ngedit foto bertuliskan happy birthday Dhani! Terus dipajang jadi DP. That’s so abegeh abes broo…

Eniwei, 23 tahun ye?. Semoga selalu jaya abadi sentosa sejahtera makmur bermartabat telor manis asam asin. Selalu sukses bisnisnya bro, jangan lupa gue diajakin berwiraswasta. Semoga dilancarkan urusan jodoh. Karena gue selalu yakin di antara kita berempat elo yang bakal nikah duluan, haha. 

For the last, gue bingung mau nulis seberapa panjang. Karena kita emang gak bikin perjanjian ngucapin sepanjang cerpen atau bait-bait puisi yang mengantarkan doa dan mengalun lembut mengiringi pertambahan usiamu. Selamat bro! Selamat ulang tahun.
                                                                                                                                                                Haritz Bagus P.



Akhtian Ferdhani.

Satu satunya teman yg berwajah kotak. Yang keliatannya cool dan kalem padahal hahaha nggapleki luar biasa -_-.. Kharismanya mobat mabit sampe temen2 aku pd tercengang haha.. Teman yg punya jiwa ambisius pengen coba sesuatu yg baru. sayangnya juga moody luar biasa hihi. Yg selalu kasih aku nasehat, agak bijak, sm memotivasi. Tapiiiiii sayangnya ngantukan, suka milih2, agak rempong apalagi kl moody *piisss

Selamat ulangtahu ke 23 abang kesayanganku. Berkah umur, lancar karir, murah rejeki, lancar jodoh, bermanfaat buat orang lain. Aamiin..
We love you abang :*

Leonnie Saraswati Y.

Wednesday, 25 June 2014

Baduy, Melelahkan dan Dirindukan (Part I)

Petualangan ini berawal dari kesumpekan kota yang sejalan dengan tingkat kesetresan. Pada awalnya saya berencana untuk mengambil trip yang dapat dihabiskan hanya dalam 2 hari weekend. Pada waktu itu saya sudah apply untuk 2 hari private trip ke Pulau Pahawang, Lampung bersama Lupi Latifah atau sebut saja teman mantan calon anggota PKM sewaktu kuliah dan teman backpacker saya sewaktu tinggal di ibu kota. Manusia hanya manusia dan rencana hanya rencana.  2 hari sebelum pemberangkatan saya memutuskan untuk tidak ikut ke Pahawang karena jiwa buruh saya yang harus taat perintah atasan bahwa weekend tersebut saya disuruh piket. Sontak Lupi dan Team menghadiahi saya dengan title PHP. Saya hanya bisa mengucapkan “maaf teman, kalian bisa benci saya, tapi benci juga bos saya”. Oke, bercanda.

Setelah ditinggal Lupi dan Team saya juga tidak mau kalah dan berniat pamer kepada mereka. Saya berniat mengajak teman innocent saya Muhdam Azhar untuk backpacker dan wisata extreme culinary ke kota Garut. Sebenarnya, saya punya misi untuk nyobain susu domba Garut langsung dari dombanya, tapi Sadam nama kerennya Muhdam tidak tahu menahu. Mungkin, kalau dia tau bakal langsung menolak. Setelah urun rembug dengan Sadam, ternyata mas Rizki, teman kerja saya berhasil mempengaruhi saya untuk menengok keelokan jalur pantai  Ujung Genteng, Sukabumi beserta kegigihan penyu saat bertelur. Dari info yang saya dapat, biasanya penyu hijau akan bertelur di sekitaran pantai Ujung genteng diwaktu malam hari. Weekend minggu ketiga bulan Juni pun kami pilih untuk berangkat kesana.

Sekali lagi, manusia hanya Tuhan bagi dirinya sendiri, sedangkan waktu dan cuaca bukan urusan kita. Sepanjang minggu tersebut cuaca di Jakarta cenderung hujan tiap hari. Dari info yang mas Rizki dapat, Sukabumi pun satu ide dengan Jakarta. Daripada kecewa sampai tujuan maka kami memutuskan untuk cancle dulu ke Ujung Genteng. Kecewa? Tidak!. Lupi yang masih sangat baik hati tiba-tiba menginfokan saya bahwa dia akan bepetualang ke Suku Baduy, suku yang dulu pernah membuat saya penasaran bahkan sampai saat ini. Suku Baduy adalah suku yang tinggal di propinsi Banten tepatnya Kabupaten Lebak. Saat setelah diinfokan, keesokan harinya saya tanpa piker panjang lagi “Oke Lup! Aku sama temanku Sadam ikutan”. 

Lupi membalasnya dengan, “Daftar sendiri ya, soalnya kita udah trauma dengan kamu”.

Dengan senyuman saya balas WhatsApp-nya,”*emot sigh*”.

Setelah itu saya infokan Sadam dan syukurlah Sadam juga setuju. Lantas saya langsung mendaftarkan diri dan Sadam ke Wuki Traveller, tour agent kami. Review ya, tour agent ini benar-benar yang paling asik, nyaman dan gokil dari semua tour leader yang saya pakai dan murah. Namanya mbak Wuri, yang pada awalnya saya kira cowok, yaitu sebagai tour leader kami. Kami diinfokan untuk membawa beberapa logistik untuk teman tracking kami, mengingat medannya yang sangat panjang. Tapi saya dan Sadam terkesan berlebihan. Llogistik tersebut sempurna memenuhi ransel kami dan itu faktor yang membuat pundak kami sixpack.  Tak lupa mbak Wuri memberi tahu untuk membawa beberapa oleh-oleh untuk orang-orang Baduy. Oleh-oleh bisa berupa apa saja yang penting bisa dimanfaatkan mereka contohnya gula pasir, kecap bahkan ikan asin itu favorit orang Baduy, lho. Dua hari berikutnya tepatnya hari Sabtu, hari yang ditunggu datang. Baduy, we’ll rock you!.

Wuki Traveller memberi tahu bahwa meeting point kami di Setasiun Duri maksimal jam 07:00 WIB. Saya dan Sadam pun telah sampai di St Duri pukul 6:30 WIB menggunakan Commuter Line dari St Sudirman. Perjumpaan kami dengan teman-teman trip disambut dengan jabatan tangan hangat, senyum banyak, perkenalan dan foto!. Tepat pukul 07:15 WIB kami berangkat dengan kereta ekonomi arah Merak dan akan turun di Rengas Dengklok namun, dengan rela kami meninggalkan 2 kelompok teman kita yang bukan terlambat tapi terlambat sekali. Salah satu kelompok tersebut adalah kelompok Lupi, mbak Risa dan mbak Riska dan satu lagi adalah kelompok mbak Sita, maksut saya kelompoknya ya dia sendiri, mbak Sita. Ahirnya mereka memutuskan untuk tetap ikut trip ini namun dengan menggunakan kereta yang satu level lebih nyaman dari kereta kami. Perjalanan mereka dimulai dari St Tanah Abang dengan cerita mereka yang cenderung seru atau malah kasihan ya, mengejar kereta. Jadi, kereta itu tidak akan menunggu kita melainkan kita yang harus mengejar agar mendapatkannya, sama seperti jodoh dan cita-cita. Oke, out of topic and the adventure was begin!.

Perjalanan kami dengan kereta yah, Indonesia banget. Kereta tersebut masih menganut sistem perniagaan didalam kereta, ada yang jualan tahu, kacang, kipas dan Mijon. Iya, Mijon. Saya sedikit heran dengan kereta ini. Ber-AC namun AC tersebut biasanya saya lihat dikamar atau dikantor. Ini AC rumahan dan maaf saya katrok. Syukurlah saya masih mendapat tempat duduk dan mengobrol banyak tentang vacation dengan salah satu teman trip saya yang tingginya setiang listrik, mas Agus. Saya sudah membayangkan kemana-mana bawa perjalanan ini akan seiring dengan What a Wonderfull World-nya Louis Amstrong.

I see skies of blue and clouds of white,
The bright blessed day,
The dark sacred night,
And I think to myself,
What a wonderfull world,
The colors of the rainbow so pretty in the sky,
Are also on the faces of people going by…

Sekitar 09:30 WIB kami semua telah berkumpul di St Rangkas Bitung, Lebak, Banten, bersamaan dengan datangnya kelompok kloter kedua (red. Lupi team dan mbak Sita team). Lengkaplah sudah 36 orang anggota trip kami. Setelah mengisi perut masing-masing mbak Wuri dengan gagahnya memandu kami menuju tempat kendaraan kedua kami yaitu orang menyebutnya elf dibaca Elep. Perjalanan menuju Kecamatan Ciboleger dimana merupakan pintu masuk ke suku Baduy ditempuh kurang lebih 1,5-2 jam.

Sesampainya di Ciboleger dan turun dari Elep dengan gagahnya saya dirundung dengan beberapa perasaan. Sejauh pandangan yang terlihat adalah beberapa pemuda dan anak-anak yang berpakaian serba putih atau hitam dengan ikat kepala lebar. Mereka menyandang kain lebar yang berisi entah apa itu terlihat seperti hasil pertanian. Kaki mereka tak beralas apapun dan terlihat lebih lebar dari manusia yang sering saya lihat. Rupanya mereka memang sering ke Ciboleger untuk membeli keperluan sehari-hari atau juga menyambut kedatangan turis untuk diantar ke kampung mereka. Mereka juga menyediakan jasa potter untuk membawa barang-barang turis. Terlihat sekeliling juga berdiri rumah-rumah modern serta berdiri minimarket modern. Saya seperti berdiri pada gesekan dua dimensi yang berbeda. Indah sekali, Tuhan terlalu cerdik melukis perbedaan. Saat itu saya juga tersadar bahwa ini bukan Baduy Dalam yaitu tujuan awal kami.



Ciboleger, Pintu masuk Suku Baduy

Sebelum memulai tracking tak lupa mb Wuri memimpin doa agar perjalanan kami tetap dilindungi Tuhan. Pada awalnya kami bertiga puluh enam kompak berangkat beriringan melewati pintu masuk selamat datang di Baduy Luar. Setelah melewati pintu masuk sudah terlihat aktifitas penduduk Baduy Luar seperti bertenun dan menjual aksesoris khas mereka. Saat itu juga terlihat penduduk Baduy sedang memasak berbagai makanan dengan ukuran banyak. Ada juga beberapa pemuda Baduy Luar yang membakar ikan berukuran telapak kaki orang dewasa. Saya penasaran apakah ikan itu berasal dari tangkapan di sungai yang menghelai cantik sepanjang perjalanan kami. rumah mereka cenderung rapi dan baru diperhatikan pasti letaknya didekat sungai. 

Perjalanan ini diwarnai dengan bertemunya kampung kemudian hutan lalu kampung lagi dan seterusnya. Waktu kami baru menempuh 25% perjalanan, kami sudah terpecah belah karena ada yang butuh istirahat yang lebih, ada yang penting selfie dulu, ada, semuanya ada. Sedangkan saya dan Sadam sejalan beserta anggota yang lain namun ditengah jalan saya merasa sangat kelelahan, ralat, kelaparan dan kehausan. Sebuah kesalahan kami karena kami hanya sarapan sepotong roti padahal jalurnya sangat panjang dan lumayan menguras keringat sekujur tubuh. Kemudian saya dan Sadam memutuskan istirahat sejenak dengan minum beberapa tegukan. Dimulai dari situ kami ditinggal anggota yang lain dan mulai tersesat dan tak tau arah jalan pulang, aku tanpamu butiran sagu. Untungnya kami punya inisiatif yang tinggi dengan menanyakan arah Baduy Dalam kepada gadis kecil Baduy Luar dengan bahasa Indonesia disertai Bahasa tubuh. Akhirnya sedikit gadis itu mengerti dan kami pun mengerti. Masalah terpecahkan setelah kami bertemu Rizal, anggota kami mahasiswa asli Solo, mas Agus, Zahra, Wanita gesit dan super, doi-nya mas Agus *I don’t know*, mbak Rien, ibu muda seorang travel writer yang tulisannya keren abis, Kang Jali, potter dan penunjuk arah kami asli Baduy Dalam, mbak Siti, mbak Kat dan yang lainnya. Akhirnya jembatan batas Baduy Luar dengan Baduy Dalam mulai menyinari mata kami. Ini melegakan karena setengah perjalanan sudah kami tempuh.

 
Jembatan batas Baduy Luar dengan Baduy Dalam


Saya dengan Jarman (10) anak Baduy Dalam

Thursday, 2 January 2014

Berkebun : The Beginning

Selamat datang di blog saya!!. Berkebun saat ini sudah menjadi hobi yang lumayan diminati oleh masyarakat Indonesia. Saya dapat menilai seperti itu karena berdasarkan yang saya rasakan sampai saat ini, banyak komunitas-komunitas yang bermunculan di Indonesia. Contohnya adalah Indonesia Berkebun yang memiliki sub-sub di beberapa kota di Indonesia, Indmira, Urban Farming dan sebagainya. Kebetulan saya sering mengikuti kegiatan di Jepara Berkebun.

Berkebun itu asik!. Kegiatan-kegiatan yang menimbulkan stres bisa sirna setelah saya merawat anak-anak saya (red. Tanaman saya). Sebenarnya hobi berkebun sudah saya gemari sejak dulu bahkan pada masa sekolah. Sudah sangat lama sekali *haha*. Berhubung saya kuliah di kota rantau yaitu Solo atau Surakarta, kegiatan itu hampir tidak pernah saya lakukan dengan alasan tidak ada lahan dan malas mencari tanah. Saya sudah tau kalau saya keliru karena menanam tidak hanya memerlukan lahan luas atau dengan media tanah saja. Apadaya rasa malas membuat saya bertekuk lutut *haha*. Prestasi berkebun saya selama kuliah yaitu membuat pot dari botol air mineral 1,5 liter yang kemudian saling dihubungkan dan digantungkan. Teknik tersebut disebut penanaman secara vertikultur. Namun kemudian, pot-pot tersebut hanay terbengkalai dan sukses membuat nilai mata kuliah kewirausahaan saya dan kelompok saya dapat A *Alkhamdulillah hehe*.

Setelah saya lulus saya kembali ke Jepara, tempat lahir saya dan memulai lagi berkebun. Beberapa jenis sayuran saya tanam seperti kangkung, sawi, baby timun, tomat dan bawang merah tuk-tuk. Berhubung saya hanya penanaman skala rumah akhirnya semua bibit tersebut saya dapatkan dari Jepara Berkebun kecuali tomat. Memang Jepara Berkebun merupakan komunitas dibawah naungan Indonesia Berkebun yang mengedukasi dan membantu masyarakat dalam hal berkebun terutama pada ketahanan pangan masyarakat. Jepara Berkebun sering membagikan bibitnya untuk masyarakat yang ingin menanam sayuran dirumahnya. Masyarakat juga dituntun agar belajar dari pengalaman menanamnya dan ketika ada kesulitan maupun permasalahan akan dibantu bahkan terkadang malah sesama penggiat dan masyarakat saling mengajari jika ada permasalahan.

Bibit tomat saya semai sendiri dari buahnya langsung. Jenis tomat yang saya semai adalah tomat buah dan tomat sayur. Berikut adalah beberapa capture kebun yang saya ambil. Kebun ini saya beri nama "Kebun Balkon" karena letaknya berada pada balkon samping yang sempit sekali *haha*. Jika anda mempunyai hobi yang saya, yuk segera tanam favoritmu! Happy Gardening!.

Atas : Sawi berumur 2 minggu yang ditanam pada gelas air mineral
Bawah : Kangkung berumur 2 minggu

Baby timun berumur 1 bulan yang sudah terlihat calon buahnya

Tomat sayur yang berumur 1 bulan dan sudah terlihat buahnya

Resoles Jamur

Oke, postingan pertama saya yaitu sepiring resoles isi jamur. Mungkin tampilan yang kurang menarik ini tidak akan merangsang lidah anda apalagi membuat sensasi kecap-kecap *hahaha bahasa aneh* didalam mulut anda. Jangan salah, meskipun begitu, saya bangga karena ini adalah homemade yang saya buat dengan adik saya, Dika Aprilianti. Kulitnyapun....... beli dipasar *hahaha* dan ibu saya yang membelinya. Kulit resoles banyak tersedia di supermarket atau pasar, namun jelas lebih murah dipasar. Saya lupa bahan-bahan isiannya akan tetapi bahan utama dari cemilan ini adalah jamur dan ayam yang diiris dadu kecil serta iisan daun bawang. Soal isian terserah anda, tergantung selera contohnya boleh sisiran jagung manis, daging sapi cincang dan lain-lain. Bumbunya berupa bawang putih, bawang merah, merica dan sedikit jahe. Jangan lupa garamnya ya!. Tentunya bikin "Aaaaaaaaah nagih!". Oishi deshita!.

Kamu Berbeda, Kita Beragam

(Ilustrasi: Google.com)
Mungkin ini jauh dari sistematika menulis, atau tidak mengikuti aturan menulis. Ini bisa dibilang pengalaman pribadi yang mungkin tidak layak untuk diberi penilaian. Saya senang mengamati perbedaan. Saya senang mengamati warna-warni. Saya senang mengamati orang-orang berlalu-lalang dengan tujuannya masing-masing. Saya bertanya-tanya, apakah diantara orang satu dengan orang yang lain tersebut berpikir juga, orang yang berjalan disampingnya atau orang yang telah mendahuluinya itu punya tujuan yang sama atau berbeda. Atau bahkan mungkin ada yang berpikir, “Enyah saja dari jalanku, Kau menghalangi jalanku orang asing dengan muka kotak!”. Apa salahnya dengan muka kotak? Apa yang menghalangi jalan tersebut adalah wajah kotaknya?. Apa mungkin masalah utama yang menyebabkan emosi adalah wajah kotaknya?. Apakah karena berbeda bentuk muka, seseorang menjadi aneh?.  Apakah kalau sesorang berbeda dengan kita menjadikan mereka tidak “senormal” kita?.

Di desa saya yang seperti inipun terjadi. saya mempunyai tetangga dengan 3 orang anak. Memang si ibu menurut saya lebih masuk ke kategori ras negroid. Begitupun buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Anak bungsunya sebut saja Sri, mempunyai raut muka dan kulit yang sama dengan ibunya. Dia dirumah hampir tidak punya teman bermain. Dengan kesibukan ayahnya sebagai pedagang keliling jajan anak-anak di sekolah-sekolah dasar. Ibunya sibuk dengan pekerjaan sebagai tukang amplas dulu, dan sekarang sibuknya berlipat ganda sampai-sampai tak pernah pulang kerumah karena menjadi TKW di Malaysia. Ya, itulah hidup, hidup yang keras, hidup yang harus memilih. Kasih sayang orang tua yang harusnya komplit didapatkan dari kedua orang tuanya sekarang harus berkurang satu.

Sesorang Sri mejalani kehidupan kanak-kanaknya dengan sekolah, belajar, dan urusan rumah tangga lainnya yang diwariskan sementara dari ibunya. Seorang Sri disekolah tidak begitu pandai. Untuk sekedar membaca, menulis dan perhitungan dasar pun sangat sulit ia serap meskipun telah kelas 3 SD. Sri sempat tidak naik kelas 2 tahun di Sekolah Dasar nya. Saya tau ini karena adik saya sempat satu kelas dengan dirinya. Gurunya pernah sempat meluap emosinya ketika mengajar Sri. Ada yang salah dengan Sri?. Teman-temannya pun tak mau kalah bersuara dihadapannya. Dia dijuluki sesuatu yang tidak pantas ditulis disini. Dan semua orang tetangganya yang harusnya telah dewasa dan berpikir logis tak mau ketinggalan pertunjukan itu. Dia diejek karena kulit hitam dan raut mukanya.

Saya berpikir ketika tetangga-tetangga saya berada di pulau Irian Jaya, apa yang akan mereka lakukan?. Mungkin kalau mereka mau bunuh diri, itu solusi yang brilian. Adakah yang salah? Apakah gen hitamnya?. Secara otomatis ketika mereka menyalahkan gen ketika ada sesuatu yang tidak normal menurut mereka, seperti halnya mereka mengejek Tuhan. Bicara tentang Tuhan, mengapa Tuhan menciptakan Sri dengan kulit hitamnya dan ketidak pandaiannya dilingkungan kerasnya?. Mengapa Tuhan menciptakan seseorang berwajah kotak?. Mengapa Tuhan menciptakan semua orang berbeda?. Ya, itulah kejeniusan Tuhan. Tuhan pasti mempunyai rencana dengan keberagaman disekitar kita.

Saya pernah mengikuti training sebagai volunteer di Asean Para Games, banyak peserta yang ikut dan mengagumkannya terdapat peserta yang berasal dari Vietnam dan Thailand. Ini sangat membingungkan bagi saya, padahal Asean Para Games kali ini akan diadakan di Indonesia tapi mengapa ada pemuda-pemudi dari Negara lain yang ingin menjadi volunteer unutk membantu kesuksesan acara ini. Mereka berasal dari tanah lain, mengapa mereka dengan sukarela ingin membantu kami?. Saat training dalam segmen penghilang kebosanan, dari mereka disuruh maju kedepan untuk menyanyikan lagu daerah mereka dan semua peserta dan mereka larut dalam tawa. Padahal saya dan peserta lain tak tau apa itu artinya lagu tersebut tapi kami menertawakannya. Aneh memang. Saya yakin tawa kami bukan suatu olokan. Mengapa keberagaman ini menimbulkan tawa dan kebahagiaan?.

Saya secara tidak sengaja mendengar dibelakang saya sedang mengobrolkan peserta dari Vietnam tersebut, katanya pemudi Vietnam tersebut cantik dan manis. Saya tahu kalau kecantikan itu relatif. Tapi mungkin agak berbeda mungkin definisi cantik baginya. Saya kira pemudi Vietnam tersebut tidak terlalu tinggi dan mempunyai hidung sebesar daging manggis memang berkulit putih. Namun apa yang terjadi ketika orang yang mengobrol dibelakang saya bertemu dengan seorang Sri?. Apakah dia akan bilang hal yang sama?. Apakah perbedaan hanya dapat mengolok-olok Sri berbeda dengan gadis Vietnam tadi?.

Rasa untuk menguasai, rasa menyamakan ras, rasa chauvinisme terhadap nenek moyang, hal tersebut yang merangkul “aku benci keberagaman”. Seperti halnya invansi nuklir yang akan segera diluncurkan kepihak Irak. Jelas mereka memiliki ras dan nenek moyang yang berbeda. Israil mungkin dapat berbangga hati karena mereka lebih pandai dari semua orang, menurut versi mereka. Tapi perlukah kepandaian mereka untuk menghabisi manusia tanpa tahu-menahu apa-apa. Apakah karena Israil Yahudi dan Irak mayoritas Islam sehingga menjadikan Tuhan mereka  berbeda dan menimbulkan kebencian?.  Kita hidup didunia milikNya. Dengan pencipta keberagaman. Namun apakah Tuhan menciptakan keberagaman untuk saling bunuh-membunuh?.

Ada yang salah dengan perbedaan. Seharusnya semua orang mengungkapkan bahwa perbedaan menimbulkan kebahagiaan. Seperti halnya pelangi. Pelangi akan lebih indah jika lengkap 7 warnanya. Apa yang terjadi jika pelangi hilang birunya atau merahnya atau nilanya?. Apakah  jika pelangi hilang salah satu warnanya dapat menimbulkan kebahagiaan atau mungkin orang akan menertawakannya?. Perbedaan akan menimbulkan keberagaman. Keberagaman akan menimbulkan harmonisasi. Harmonisasi akan menimbulkan kebahagiaan. Kebahagiaan akan menimbulkan cinta damai. Cinta damai akan menimbulkan semua yang didunia ini menjadi lebih mudah.

Tidak ada yang salah dengan Sri. Tidak ada yang salah dengan gadis Vietnam. Tidak ada yang salah terhadap agama. Tuhan menciptakan semua ini penuh dengan warna supaya tercipta cinta damai. Perbedaan bukan penghalahng bagi keberagaman. Keberagaman tidak salah. Kita hanya diminta untuk menyadari keberagaman bahwa keberagaman indah dan Tuhan merencanakannya.

Oleh : RianR