Thursday 2 January 2014

Berkebun : The Beginning

Selamat datang di blog saya!!. Berkebun saat ini sudah menjadi hobi yang lumayan diminati oleh masyarakat Indonesia. Saya dapat menilai seperti itu karena berdasarkan yang saya rasakan sampai saat ini, banyak komunitas-komunitas yang bermunculan di Indonesia. Contohnya adalah Indonesia Berkebun yang memiliki sub-sub di beberapa kota di Indonesia, Indmira, Urban Farming dan sebagainya. Kebetulan saya sering mengikuti kegiatan di Jepara Berkebun.

Berkebun itu asik!. Kegiatan-kegiatan yang menimbulkan stres bisa sirna setelah saya merawat anak-anak saya (red. Tanaman saya). Sebenarnya hobi berkebun sudah saya gemari sejak dulu bahkan pada masa sekolah. Sudah sangat lama sekali *haha*. Berhubung saya kuliah di kota rantau yaitu Solo atau Surakarta, kegiatan itu hampir tidak pernah saya lakukan dengan alasan tidak ada lahan dan malas mencari tanah. Saya sudah tau kalau saya keliru karena menanam tidak hanya memerlukan lahan luas atau dengan media tanah saja. Apadaya rasa malas membuat saya bertekuk lutut *haha*. Prestasi berkebun saya selama kuliah yaitu membuat pot dari botol air mineral 1,5 liter yang kemudian saling dihubungkan dan digantungkan. Teknik tersebut disebut penanaman secara vertikultur. Namun kemudian, pot-pot tersebut hanay terbengkalai dan sukses membuat nilai mata kuliah kewirausahaan saya dan kelompok saya dapat A *Alkhamdulillah hehe*.

Setelah saya lulus saya kembali ke Jepara, tempat lahir saya dan memulai lagi berkebun. Beberapa jenis sayuran saya tanam seperti kangkung, sawi, baby timun, tomat dan bawang merah tuk-tuk. Berhubung saya hanya penanaman skala rumah akhirnya semua bibit tersebut saya dapatkan dari Jepara Berkebun kecuali tomat. Memang Jepara Berkebun merupakan komunitas dibawah naungan Indonesia Berkebun yang mengedukasi dan membantu masyarakat dalam hal berkebun terutama pada ketahanan pangan masyarakat. Jepara Berkebun sering membagikan bibitnya untuk masyarakat yang ingin menanam sayuran dirumahnya. Masyarakat juga dituntun agar belajar dari pengalaman menanamnya dan ketika ada kesulitan maupun permasalahan akan dibantu bahkan terkadang malah sesama penggiat dan masyarakat saling mengajari jika ada permasalahan.

Bibit tomat saya semai sendiri dari buahnya langsung. Jenis tomat yang saya semai adalah tomat buah dan tomat sayur. Berikut adalah beberapa capture kebun yang saya ambil. Kebun ini saya beri nama "Kebun Balkon" karena letaknya berada pada balkon samping yang sempit sekali *haha*. Jika anda mempunyai hobi yang saya, yuk segera tanam favoritmu! Happy Gardening!.

Atas : Sawi berumur 2 minggu yang ditanam pada gelas air mineral
Bawah : Kangkung berumur 2 minggu

Baby timun berumur 1 bulan yang sudah terlihat calon buahnya

Tomat sayur yang berumur 1 bulan dan sudah terlihat buahnya

Resoles Jamur

Oke, postingan pertama saya yaitu sepiring resoles isi jamur. Mungkin tampilan yang kurang menarik ini tidak akan merangsang lidah anda apalagi membuat sensasi kecap-kecap *hahaha bahasa aneh* didalam mulut anda. Jangan salah, meskipun begitu, saya bangga karena ini adalah homemade yang saya buat dengan adik saya, Dika Aprilianti. Kulitnyapun....... beli dipasar *hahaha* dan ibu saya yang membelinya. Kulit resoles banyak tersedia di supermarket atau pasar, namun jelas lebih murah dipasar. Saya lupa bahan-bahan isiannya akan tetapi bahan utama dari cemilan ini adalah jamur dan ayam yang diiris dadu kecil serta iisan daun bawang. Soal isian terserah anda, tergantung selera contohnya boleh sisiran jagung manis, daging sapi cincang dan lain-lain. Bumbunya berupa bawang putih, bawang merah, merica dan sedikit jahe. Jangan lupa garamnya ya!. Tentunya bikin "Aaaaaaaaah nagih!". Oishi deshita!.

Kamu Berbeda, Kita Beragam

(Ilustrasi: Google.com)
Mungkin ini jauh dari sistematika menulis, atau tidak mengikuti aturan menulis. Ini bisa dibilang pengalaman pribadi yang mungkin tidak layak untuk diberi penilaian. Saya senang mengamati perbedaan. Saya senang mengamati warna-warni. Saya senang mengamati orang-orang berlalu-lalang dengan tujuannya masing-masing. Saya bertanya-tanya, apakah diantara orang satu dengan orang yang lain tersebut berpikir juga, orang yang berjalan disampingnya atau orang yang telah mendahuluinya itu punya tujuan yang sama atau berbeda. Atau bahkan mungkin ada yang berpikir, “Enyah saja dari jalanku, Kau menghalangi jalanku orang asing dengan muka kotak!”. Apa salahnya dengan muka kotak? Apa yang menghalangi jalan tersebut adalah wajah kotaknya?. Apa mungkin masalah utama yang menyebabkan emosi adalah wajah kotaknya?. Apakah karena berbeda bentuk muka, seseorang menjadi aneh?.  Apakah kalau sesorang berbeda dengan kita menjadikan mereka tidak “senormal” kita?.

Di desa saya yang seperti inipun terjadi. saya mempunyai tetangga dengan 3 orang anak. Memang si ibu menurut saya lebih masuk ke kategori ras negroid. Begitupun buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Anak bungsunya sebut saja Sri, mempunyai raut muka dan kulit yang sama dengan ibunya. Dia dirumah hampir tidak punya teman bermain. Dengan kesibukan ayahnya sebagai pedagang keliling jajan anak-anak di sekolah-sekolah dasar. Ibunya sibuk dengan pekerjaan sebagai tukang amplas dulu, dan sekarang sibuknya berlipat ganda sampai-sampai tak pernah pulang kerumah karena menjadi TKW di Malaysia. Ya, itulah hidup, hidup yang keras, hidup yang harus memilih. Kasih sayang orang tua yang harusnya komplit didapatkan dari kedua orang tuanya sekarang harus berkurang satu.

Sesorang Sri mejalani kehidupan kanak-kanaknya dengan sekolah, belajar, dan urusan rumah tangga lainnya yang diwariskan sementara dari ibunya. Seorang Sri disekolah tidak begitu pandai. Untuk sekedar membaca, menulis dan perhitungan dasar pun sangat sulit ia serap meskipun telah kelas 3 SD. Sri sempat tidak naik kelas 2 tahun di Sekolah Dasar nya. Saya tau ini karena adik saya sempat satu kelas dengan dirinya. Gurunya pernah sempat meluap emosinya ketika mengajar Sri. Ada yang salah dengan Sri?. Teman-temannya pun tak mau kalah bersuara dihadapannya. Dia dijuluki sesuatu yang tidak pantas ditulis disini. Dan semua orang tetangganya yang harusnya telah dewasa dan berpikir logis tak mau ketinggalan pertunjukan itu. Dia diejek karena kulit hitam dan raut mukanya.

Saya berpikir ketika tetangga-tetangga saya berada di pulau Irian Jaya, apa yang akan mereka lakukan?. Mungkin kalau mereka mau bunuh diri, itu solusi yang brilian. Adakah yang salah? Apakah gen hitamnya?. Secara otomatis ketika mereka menyalahkan gen ketika ada sesuatu yang tidak normal menurut mereka, seperti halnya mereka mengejek Tuhan. Bicara tentang Tuhan, mengapa Tuhan menciptakan Sri dengan kulit hitamnya dan ketidak pandaiannya dilingkungan kerasnya?. Mengapa Tuhan menciptakan seseorang berwajah kotak?. Mengapa Tuhan menciptakan semua orang berbeda?. Ya, itulah kejeniusan Tuhan. Tuhan pasti mempunyai rencana dengan keberagaman disekitar kita.

Saya pernah mengikuti training sebagai volunteer di Asean Para Games, banyak peserta yang ikut dan mengagumkannya terdapat peserta yang berasal dari Vietnam dan Thailand. Ini sangat membingungkan bagi saya, padahal Asean Para Games kali ini akan diadakan di Indonesia tapi mengapa ada pemuda-pemudi dari Negara lain yang ingin menjadi volunteer unutk membantu kesuksesan acara ini. Mereka berasal dari tanah lain, mengapa mereka dengan sukarela ingin membantu kami?. Saat training dalam segmen penghilang kebosanan, dari mereka disuruh maju kedepan untuk menyanyikan lagu daerah mereka dan semua peserta dan mereka larut dalam tawa. Padahal saya dan peserta lain tak tau apa itu artinya lagu tersebut tapi kami menertawakannya. Aneh memang. Saya yakin tawa kami bukan suatu olokan. Mengapa keberagaman ini menimbulkan tawa dan kebahagiaan?.

Saya secara tidak sengaja mendengar dibelakang saya sedang mengobrolkan peserta dari Vietnam tersebut, katanya pemudi Vietnam tersebut cantik dan manis. Saya tahu kalau kecantikan itu relatif. Tapi mungkin agak berbeda mungkin definisi cantik baginya. Saya kira pemudi Vietnam tersebut tidak terlalu tinggi dan mempunyai hidung sebesar daging manggis memang berkulit putih. Namun apa yang terjadi ketika orang yang mengobrol dibelakang saya bertemu dengan seorang Sri?. Apakah dia akan bilang hal yang sama?. Apakah perbedaan hanya dapat mengolok-olok Sri berbeda dengan gadis Vietnam tadi?.

Rasa untuk menguasai, rasa menyamakan ras, rasa chauvinisme terhadap nenek moyang, hal tersebut yang merangkul “aku benci keberagaman”. Seperti halnya invansi nuklir yang akan segera diluncurkan kepihak Irak. Jelas mereka memiliki ras dan nenek moyang yang berbeda. Israil mungkin dapat berbangga hati karena mereka lebih pandai dari semua orang, menurut versi mereka. Tapi perlukah kepandaian mereka untuk menghabisi manusia tanpa tahu-menahu apa-apa. Apakah karena Israil Yahudi dan Irak mayoritas Islam sehingga menjadikan Tuhan mereka  berbeda dan menimbulkan kebencian?.  Kita hidup didunia milikNya. Dengan pencipta keberagaman. Namun apakah Tuhan menciptakan keberagaman untuk saling bunuh-membunuh?.

Ada yang salah dengan perbedaan. Seharusnya semua orang mengungkapkan bahwa perbedaan menimbulkan kebahagiaan. Seperti halnya pelangi. Pelangi akan lebih indah jika lengkap 7 warnanya. Apa yang terjadi jika pelangi hilang birunya atau merahnya atau nilanya?. Apakah  jika pelangi hilang salah satu warnanya dapat menimbulkan kebahagiaan atau mungkin orang akan menertawakannya?. Perbedaan akan menimbulkan keberagaman. Keberagaman akan menimbulkan harmonisasi. Harmonisasi akan menimbulkan kebahagiaan. Kebahagiaan akan menimbulkan cinta damai. Cinta damai akan menimbulkan semua yang didunia ini menjadi lebih mudah.

Tidak ada yang salah dengan Sri. Tidak ada yang salah dengan gadis Vietnam. Tidak ada yang salah terhadap agama. Tuhan menciptakan semua ini penuh dengan warna supaya tercipta cinta damai. Perbedaan bukan penghalahng bagi keberagaman. Keberagaman tidak salah. Kita hanya diminta untuk menyadari keberagaman bahwa keberagaman indah dan Tuhan merencanakannya.

Oleh : RianR