Aku berpikir tentang takdir dimana musik mengiringi lirik. Dimana
pelangi datang saat setelah turun hujan. Dimana angsa akan hidup sendiri selamanya
setelah pasangannya mati. Oh, dimana itu semua adalah harmoni.
Harmoni adalah sebuah takdir yang indah. Aku pernah berpikir
untuk mewujudkan harmoni. Lalu aku memperjuangkannya. Sebentar, bukankah takdir
adalah ketentuan?. Kalau begitu, bolehkah aku ikut menentukan?.
Aku berpikir kamu adalah harmoni. Kalau begitu, ijinkan aku
untuk mewujudkannya.
Aku telah mewujudkannya. Benar sangat indah. Kolam belerang bagiku
pun berbau taman dahlia. Aku sangat tidak terlihat sepertimu, kamu pun
demikian. Tapi kamu adalah harmoni maka aku selalu menggenggam tanganmu. Hangat
dan erat.
Aku tahu bukanlah aku yang seharusnya menentukan. Aku bukannya
lupa. Keesokan harinya, dia mengambil harmoni dariku. Karena dia yang
menentukan. Aku melepas genggamanku. Aku menuntut namun siapa yang aku tuntut?.